Sabtu, 18 Juni 2016

Sejarah Tentang Tattoo


Istilah “Tato” diambil dari kata “Tatau” dalam bahasa Tahiti, yang berarti “menandakan sesuatu”. Rajah atau tato (Bahasa Inggris : “tattoo”), adalah suatu tanda yang dibuat dengan memasukkan pigmen ke dalam kulit. Dalam istilah teknis, rajah adalah implantasi pigmen mikro. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, tato berarti gambar (lukisan) pada bagian (anggota) tubuh. Tato dapat dibuat terhadap kulit manusia atau hewan. Tato merupakan praktek yang ditemukan hampir di semua tempat dengan fungsi sesuai dengan adat setempat. Tato dahulu sering dipakai oleh kalangan suku-suku terasing di suatu wilayah di dunia sebagai penandaan wilayah, derajat, pangkat, bahkan menandakan kesehatan seseorang.

Meskipun bukti sejarah tidak begitu banyak mengenai tato, tetapi para ahli menyimpulkan bahwa seni tato sudah ada sejak 12.000 tahun SM. Tato seperti ritual kuno suku-suku kuno seperti Maori, Inca, Ainu, Polinesia, dll.Kalo Anda perjalanan ke Mesir, coba kita kilas balik ke piramida, mungkin anda dapat menemukan tato tertua di sana. Mesir dikenal sebagai bangsa yang terkenal kuat, jadi karena ekspansi mereka terhadap bangsa lain, seni tato ini juga bagian dari itu dan kian menyebar luas, seperti ke Yunani, Persia, dan Arab.Lalu apa alasan bagi suku-suku kuno dari dunia membuat tato? Yunani kuno menggunakan tato sebagai tanda pengenal para anggota dari kecerdasan mereka, alias mata-mata selama perang. Berbeda dengan orang Romawi, mereka menggunakan tato sebagai tanda bahwa seseorang itu berasal dari budak, dan tato dibuat ke tubuh setiap tahanan. Maori di Selandia Baru membuat ukiran spiral berbentuk pada wajah dan bokong. Menurut mereka, ini adalah pertanda baik untuk keturunan.




Di Kepulauan Solomon, tato ditorehkan di wajah perempuan sebagai ritus untuk menandai tahapan baru dalam kehidupan mereka. Hampir sama seperti diatas, suku Nuer di Sudan menggunakan tato untuk menandai ritus inisiasi pada anak laki. Orang-orang Indian melukis dan memahat tubuh untuk menambah keindahan kulit mereka atau menunjukkan status sosial. Tato alias Wen Shen atau Kerajaan Cina mulai sekitar tahun 2000 SM. Wen Shen konon artinya "akupunktur tubuh", budaya tato di beberapa etnis minoritas, yang telah diwariskan oleh nenek moyang mereka, seperti etnis Drung, Dai, dan Li, namun hanya para wanita yang berasal dari etnis Li dan Drung yang memegang kebiasaan tato sekitar akhir dinasti Kaisar Ming (350 tahun yang lalu), ketika mereka diserang oleh sekelompok grup etnis lainnya dan pada saat itu mereka menangkapi beberapa wanita dari etnis Drung untuk dijadikan sebagai budak . Untuk menghindari terjadinya pemerkosaan, perempuan kemudian tato wajah mereka untuk membuat mereka terlihat kurang menarik di mata penculik. Meskipun kini para wanita dari etnis minoritas Drung ini tidak lagi dalam keadaan terancam oleh serangan dari etnis minoritas lainnya, namun mereka masih terus mempertahankan adat istiadat ini sebagai simbol kekuatan kedewasaan. Gadis-gadis dari etnis minoritas menghadapi bertato Drung ketika mereka berusia antara 12 dan 13 tahun sebagai simbol dari bagian diri mereka sendiri. Ada beberapa penjelasan yang berbeda, mengapa para wanita yang bertato wajah. Beberapa orang mengatakan, bahwa orang menganggap Drung etnis Tattoo wanita terlihat lebih cantik dan Drung Adam etnis tidak akan menikahi seorang wanita yang tidak memiliki tato di wajahnya.

Orang-orang di Indonesia, Mentawai, suku Dayak di Kalimantan, dan suku Sumba di NTB, sudah mengenal tato sejak dahulu kala. Bahkan bagi suku Dayak, seseorang yang berhasil "memenggal" kepala musuh, ia mendapat tato di tangannya. Begitu juga dengan suku Mentawai, tato tidak dibuat sia-sia. Sebelum membuat tato dilakukan, diadakan upacara tersendiri yang dilakukan di Puturkaf Uma (galeri rumah tradisional suku Mentawai). Upacara ini dipimpin oleh Sikerei (dukun). Setelah upacara selesai, maka proses tato baru dilaksanakan.



Bukannya tidak sakit dalam proses membuat tato, rasa sakit pasti dialami ketika membuat tato di tubuh, namun karena nilai yang tinggi dari tato itu sendiri, dan harga diri yang didapatkan, maka rasa sakit itu tidak dianggap masalah. Ada berbagai jenis dan ragam bentuk tato, tergantung dengan apa yang dipercaya oleh suku-suku bersangkutan, dan di setiap daerah umumnya memiliki persepsi yang berbeda-beda tentang tato, meski pada prinsipnya hampir sama.

Hingga saat ini, seni kreasi pembuatan tato semakin berkembang, apalagi didukung oleh teknologi yang ada, maka terdapat beragam pilihan bagi yang ingin membuatnya. Namun, sebaiknya jika ingin membuat tato, dipikirkan terlebih dahulu secara matang, terutama jenis tato yang bersifat permanen, karena untuk menghilangkannya tidak mudah. Meski saat ini banyak cara yang bisa dilakukan untuk menghilangkan tato dengan menggunakan teknologi mutakhir, tetap belum diketahui efek samping yang terjadi pada kulit, maka pikirkanlah kembali matang-matang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar